Selasa, 22 Juni 2010

PENGUNANAN METODE DISKUSI DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN PEMBELAJARAN PUISI DI SMA NEGERI I MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN 2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara soal pengajaran puisi di sekolah maka tujuan yang harus dicapai adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memamahi, dan memanfaatkan puisi ; untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkat-kan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Berangkat dari persoalan ini, maka pengajaran sastra khususnya puisi bertujuan sangat mulia, dan sangatlah penting bagi para siswa. Persoalannya sekarang bahwa pengajaran puisi di Indonesia ini khususnya dipandang sebagai pengajaran yang sulit dan membosankan , seringkali seorang pengajar mengalmi kesulitan dalam mengajar puisi ditambah lagi dengan keluhan siswanya yang belum juga mengerti meskipun sudah dijelaskan berulang-ulang .untuk mengatasi itu seorang pengajar harus punya cara yang efektif dan efisien . Penerapan metode yang tepat dan pengunaan media yang tepat pula tentunnya yang diharapkan mampu sebagai salah satu alternative untuk mengatasi kesulitan pengajaran puisi.
Untuk itu pada tulisan saya ini saya hanya akan membicarakan soal pengajaran sastra puisi yang menyangkut penggunaan metode diskusi dan penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kesulitan pengajaran puisi ..

B. Permasalahan

Pengajaran sastra genre puisi bagi siswa memang tidak mudah. Setidaknya bagi para guru yang mengajar bahasa Indonesia, pastilah agak merasa kesulitan dalam pengajarannya. Karena materi pelajaran puisi tidak bisa diajarkan secara gampang seperti pelajaran matematika. Lebih lagi jika gurunya tidak suka akan puisi. Bukanlah suatu hal yang baru bahwa salah satu komponen kegiatan belajar mengajar yang harus dikuasai oleh pendidik/guru adalah kemampuan menggunakan metode mengajar dengan baik dan tepat sehingga dapat menkomunikasikan bahan pelajaran guna terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Perlu kita ketahui semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,maka semakin kompleks pula bahan pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa.Jelas dalam hal guru pun dituntut untuk dapat memilih secara selektif,metode mana yang dapat digunakan dan sesuai tujuan,bahan atau materi alat bantu dan evaluasi yang telah ditetapkan.
Untuk itu pada tulisan saya ini saya akan mencoba mengkaji tentang :
1. Apa saja yang menjadi kendala dalam pengajaran puisi di SMAN I Mojolaban , Sukoharjo.?
2. Bagaimana penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran puisi di SMAN I Mojolaban , Sukoharjo.?
3. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran dalam pembelajaran puisi?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Belajar Pembelajaran , dimana mata kuliah ini merupakan matakuliah umum . adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk melengkapi tugas akhir mata kuliah belajar pembelajaran
2. Sebagai salah satu latihan dalam pengajaran , dimana mahasiswa dihadapkan langsung dengan keadaan dilapangan .
3. Mengajarkan mahasiswa untuk ikut dalam mengelola pembelajaran di kelas.
4. Mengajarkan mahaiswa untuk mengetahui seluk beluk mengenai sekolah misalnya mengenai keadaan perpustakaan, mengenai struktur organisasi sekolah .

D. Strategi Penulisan
Dalam menulis tugas akhir ini saya melakukan bebrapa langkah








BAB III
LANDASAN TEORI
A. Metode Pembelajaran
Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut.
(a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).
Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk belajar mengajar.
(1) Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau mandiri (Degeng, 1989).
Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.
Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.

(2) Interaksi Pebelajar Dengan Media
Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

(3) Bentuk Belajar Mengajar
Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.

(c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.
Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”.
Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.
Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language teaching, (2) the audio lingual method, (3) communicative language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way, (6) community language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia.
Saksomo (1984) menjelaskan bahwa metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) metode gramatika-alih bahasa, (2) metode mimikri-memorisasi, (3) metode langsung, metode oral, dan metode alami, (4) metode TPR dalam pengajaran menyimak dan berbicara, (5) metode diagnostik dalam pembelajaran membaca, (6) metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman, (7) metode APS dan metode WP2S dalam pembelajaran membaca permulaan, (8) metode eklektik dalam pembelajaran membaca, dan (9) metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan.
Menurut Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
(1) Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.

(2) Metode Pembelajaran
Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
(3) Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.
Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.

Kondisi Tujuan dan karakteristik bidang studi Kendala dan karakteristik bidang studi Karakteristik siswa

Metode Strategi pengorganisasian pembelajaran: strategi makro dan strategi mikro Strategi penyampaian pembelajaran Strategi pengelolaan pembelajaran



Hasil Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

Diagram 1: Taksonomi variabel pembelajaran (diadaptasi dari Reigeluth dan Stein: 1983)

Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik pembelajaran biasanya juga dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untun tetap terus belajar. Adapaun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi. Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.

B. Media Pembelajaran
Arsyad (2002:15) menyatakan bahwa dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan guru lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamidah (2003:11-14) menjelaskan bahwa untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diperlukan media yang sesuai. Media tersebut banyak ragamnya, antara lain (1) gambar, (2) chart, (3) bagan, (4) tabel, (5)grafik, (6) overhead proyektor (OHP), dan (7) tape recorder. Ragam media ini sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dipelajari.
Pembelajaran membacakan puisi dapat dibantu dengan menggunakan media. Berdasarkan ragam media yang telah disebutkan sebelumnya, pembelajaran membacakan puisi dapat menggunakan media berupa gambar, bagan, overhead projector, dan tape recorder. Masing-masing ragam media tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Gambar
Gambar yang digunakan sebagai media dapat berupa gambar jadi, misalnya gambar dari majalah, booklet, brosur, selebaran, internet, dan lain-lain, dapat pula berupa gambar garis atau sketsa/stick figure dan strip story (Hamidah, 2003:11).
Dalam pembelajaran membacakan puisi, ragam media yang berupa gambar dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan tokoh-tokoh puisi, gaya penyair, tipografi puisi, bentuk deklamasi, gambar gerakan-gerakan senam pemanasan, bentuk mulut dalam olah vokal, gambar gerakan dalam latihan olah napas, gambar latihan imajinasi, hingga gambar berupa ekpresi-ekpresi total dalam membacakan puisi.

2. Bagan
Hamidah (2003:12) menjelaskan bahwa bagan dapat disusun secara vertikal maupun horisontal. Bagan secara vertikal/bagan pohon biasanya banyak digunakan untuk menunjukkan rantai perintah/koordinasi dalam sebuah organisasi. Sedangkan bagan horisontal/bagan alir banyak digunakan untuk menunjukkan urutan sebuah proses dan prosedur.
Dalam pembelajaran membacakan puisi, ragam media yang berupa bagan dapat digunakan untuk menjelaskan tahapan-tahapan membacakan puisi. Tahapan tersebut dapat ditulis dengan bagan, misalnya dimulai dari pemilihan puisi, interpretasi terhadap puisi yang dipilih, membaca berulang-ulang, memberi tanda jeda, mencari alur untuk menentukan pada bait mana puisi tersebut harus dibaca secara klimaks, dan melakukan latihan performansi yang dapat dimulai dari tahapan pemanasan, olah napas, olah vokal, konsentrasi, olah imajinasi/penghayatan, dan ekspresi.

3. Overhead Projektor (OHP)
Hamidah (2003:14) menjelaskan bahwa Overhead Projektor (OHP) merupakan media yang relatif sederhana. OHP terdiri dari terdiri dari dua bagian, yaitu hardware dan software. Hardware berupa overhead dan software berupa transparan proyektor. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan OHP-transparan, yaitu (1) tegangan listrik harus sesuai dengan peralatannya, (2) letak posisi transparan harus benar, dan (3) tombol pengatur fokus harus diatur sedemikian rupa sehingga gambar yang diproyeksikan bisa dilihat dengan jelas.
Dalam membacakan puisi, OHP dapat hampir difungsikan sama seperti ragam media gambar. Hal ini disebabkan bahwa ragam media OHP merupakan alat untuk memproyeksikan objek. Jadi, gambar-gambar yang dijelaskan dalam ragam media gambar dapat ditayangkan di OHP dengan mencetaknya ke atas kertas transparan terlebih dulu sehingga semua siswa dapat menyaksikan di dinding kelas.tentu akan lebih praktis jika menggunakan alat ini karena semua siswa dapat melihatnya di depan.
Media OHP ini tidak hanya untuk gambar saja, untuk teks tentu juga bisa dilakukan. Pembelajaran dengan menggunakan media ini akan terasa efektif. Guru tidak perlu menulis di papan tulis. Cukup dengan menulis atau mencetak teks di atas media tentu tidak akan memakan waktu yang cukup lama dalam proses belajar mengajar meskipun membutuhkan waktu yang ekstralama dalam persiapan bahan ajar. Dalam pembelajaran membacakan puisi, media ini dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan pemberian tanda jeda, menandai alur mana yang harus dibaca dengan klimaks, hingga guru/siswa dapat membacakan puisi tanpa memegang teks karena teks sudah dapat diproyeksikan di dinding. Gerakan pembacaan puisi akan menjadi lebih bebas dan menjadi total jika melakukan pembacaan puisi secara deklamasi/poetry reading.

4. Tape Recorder
Hamidah (2003:14) menjelaskan bahwa tape recorder merupakan salah satu media audio elektronik yang terdiri atas hardware dan software. Hardware berupa tape recorder, sementara itu software-nya adalah kaset yang berisi pesan. Tape recorder ini sangat cocok untuk pembelajaran menyimak. Namun juga bukan pula berarti pembelajaran kemampuan yang lain seperti berbicara, menulis, sastra, danm kebahasaan tidak bisa menggunakan media ini.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menggunakan tape recorder untuk pembelajaran menyimak, terdapat tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap lanjutan. Ketiga tahap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
(1) Persiapan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam persiapan ini antara lain merumuskan tujuan, menentukan bahan simakan, menentukan prosedur dalam menyimak, menentukan tugas-tugas yang dilakukan siswa dalam menyimak, dan menentukan cara evaluasinya.
(2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah guru dan sisiwa mendengarkan informasi yang disampaikan secara seksama. Dalam proses mendengarkan ini, baik guru maupun siswa dapat membuat catatan-catatan kecil yang terkait dengan isi maupun bahasa. Catatan yang dibuat ini disesuaikan dengan tugas/petunjuk yang diberikan guru kepada siswa.
(3) Langkah Lanjutan
Pada langkah ini, guru bisa melakukan kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya mendiskusikan isi, bahasa, atau menyimpulkan materi yang disimak.
Dalam pembelajaran puisi, media tape recorder dapat digunakan untuk menyampaikan contoh pembacaan puisi dari penyair terkenal, dapat juga digunakan untuk evaluasi pembacaan puisi yang telah dilakukan oleh siswa untuk didengarkan kembali dan memutuskan untuk diperbaiki/tetap dipertahankan, hingga dapat digunakan untuk memberikan petunjuk-petunjuk latihan dalam membacakan puisi mulai dari pemilihan puisi, memberi jeda, mengetahui alur agar memahami bait yang menjadi konflik dan dibaca lebih klimaks, memahami makna secara intensif, latihan pemanasan, olah napas, olah vokal, konsentrasi, imajinasi, dan ekspresi.
Sesuai dengan perkembangan zaman, media pembelajaran tentu mengalami kemajuan. Media pembelajaran tidak hanya berupa gambar, tabel, grafik, OHP, dan tape recorder, melainkan dapat berupa audio berbentuk CD (MP3/Wave), dapat pula berupa audio-visual berbentuk VCD (MPEG, DAT), dan terkini banyak dikembangkan e-learning yang memadukan multimedia secara interaktif.
Menurut pengamatan peneliti, media pembelajaran untuk kompetensi dasar membacakan puisi sudah ada, hanya saja dalam media tersebut bersifat pasif. Media yang dibuat sebelumnya dibuat dalam format video yang menampilkan gaya dalam membacakan puisi meliputi teori dan contoh. Selama ini, media interaktif berbasis kompetensi belum banyak dikembangkan. Menurut Arsyad (2002:36), interaktif video adalah suatu sistem penyampaian pengajaran dengan materi video rekaman disajikan melalui pengendalian komputer kepada siswa yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respon yang aktif, dan respon itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Dalam pembelajaran membacakan puisi, dibutuhkan landasan teori puisi, unsur-unsurnya, apresiasi, hingga video latihan-latihan dasar, seperti konsentrasi, olah vokal, olah napas, dll. hingga tahap evaluasi. Oleh karena itu, guna menunjang pembelajaran tersebut, keberadaan serta pemanfaatan media pembelajaran sangat dibutuhkan.

C. Penelitian Yang Relevan
1. Muwartini (1999) dalam penelitiannya yang berjudul peningkatan plajaran puisi dengan pendektan hristik-hermeneutik siswa kelas 2 pada SLTP al irsyad bupa skripsi.
a) Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu peneliti menemukan kesulitan –kesu;itan yang dialami siswa berkaitan dengan pembelajaran apresiasi puisi. Kesulitan tersebut antar lain: (1) belum mampu mengartikan kata –kata yang mempunyai lambang tertentu. (2) belum mampu memahami makna ppuisi yang disimaknya . (3) belum mampu membuat paraphrase.
b) Adapun tindakan untuk mengatasi kesul;itan siswa dalam mengapresiasi puisi antar lain (1) siswa memilih puisi yang diberikan guru kemudian mencari kata-kata yang mempunyai lambing kemudian dibahs di depan kelas. (2) siswa menyimak pembacaan puisi yang baik (3) siswa mengubah puisi yang disukainya menjadi prosa
2. Kris Budiato (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ pembelajaran puisi berdasarkan kurikulum 2004 standar kompetensi ( studi kasus di SMP Negeri 1 Sukoharjo) menyimpulkan bahwa :
a.) Pesepsi guru bahasa Indonesia di SMP 1 sukoharjo sudah baik
b.) Silabus yang digunakan guru SMPN 1 Sokohrjo adalah ren cana pembelajaran dan silabus yang disusun oleh tim MGMP kabupaten .
c.) Pembelajaran puisi dengan pemilihan materi , dan metode ,penggunaan media pembelajaran belum mengarah pada pembelajaran yang apresiatif.
d.) Kendala yang dihadapi dalam mengajar puisi : terbnatasnya sarana prasarana, rendahnya motivasi siswa , system pengelolaan yang dilakukan guru .










D. Kerangka Berpikir





pengaruh
DIHARAPKAN






Bila dijabarkan kerangka tersebut dapat kita lihat pada bagan berikut:

















BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesulitan Pengajaran Puisi di SMAN 1 Mojolaban
Pengajaran sastra genre puisi bagi siswa memang tidak mudah. Setidaknya bagi para guru yang mengajar bahasa Indonesia, pastilah agak merasa kesulitan dalam pengajarannya. Karena materi pelajaran puisi tidak bisa diajarkan secara gampang seperti pelajaran matematika. Lebih lagi jika gurunya tidak suka akan puisi. Perlu kita ketahui semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,maka semakin kompleks pula bahan pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa.Jelas dalam hal guru pun dituntut untuk dapat memilih secara selektif,metode mana yang dapat digunakan dan sesuai tujuan,bahan atau materi alat bantu dan evaluasi yang telah ditetapkan.
Sebagai salah satu contoh pengajran puisi di SMA I Mojolaban , guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Is Mugiyarti S.Pd. mengemukakan bahwa selama mengajar sastra terutama pengajaran puisi beliau mengalami kesulitan dalam menyalurkan ilmunya terutama yang menyangkut soal kajian sastra . Beliau yang pada waktu kami observasi sedang mengajar di salah satu kelas yaitu kelas X4 . Kebetulan sedang mengajarkan materi “ Memahami Puisi Yang Disampaikan Secara Langsung ataupun Tidak Langsung” menambahkan bahwa beliau sebagai seorang guru pada dasarnya sudah berusaha untuk menampilkjan yang terbaik buat peserta didiknya , tapi mengingat dari hassil yang dicapai setelah evaluasi pembelajaran pihaknya belum merasa puas karena dari hasil itu peserta didiknya beluim mencapai tingkat pemahaman yang diharapkan. Pihaknya selama ini menggunakan media ceramah sebagai metode yang ditempuh dalam memberikan pengajaran, selain itu pihaknya juga telah mencoba berbagai metode tapi hasilnya masih sama saja , selain itu pihaknya juga mengeluhkan ketersediaan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran sastra, selama ini pihaknya sudah menyediakan power point dirumah tetapi usahanya sia-sia karena untuk bisa mengunakan sarana dengan media ini harus berebut dengan guru-guru lain.

B. Cara Untuk Mengatsi Kesulitan Pengajaran
Telah dipaparkan di atas bahwa pengajaran sastra genre puisi bagi siswa memang tidak mudah. Setidaknya bagi para guru yang mengajar bahasa Indonesia, pastilah agak merasa kesulitan dalam pengajarannya. Untuk itu diperlukan usaha alternatif agar pembelajran sastra khususnya puisi bisa tepat sasaran dan para pesrta bisa memahami apa itu puisi itu , bagaimana seluk beluk puisi itu sebenarnya . sebagai salah satu cara alternatif saya akan menkaji tentang penggunaan metode diskusi dan penggunaan merdia pembelajaran yang tepat .

1. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu metode dimana ada sebuah masalah dan dalam pemecahannya diselesaikan secara kelompok. Dalam menggunakan metode diskusi guru dapat menyusun rencana program pengajaran yang bisa memotivasi siswa dan menerapkan metode diskusi itu sendiri . guru dan siswa sangat berperan dalam keberhasilan diskusi yang dilakukan .
. Contoh rencana pengajaran :
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/I
Pokok Bahasan : Puisi
Sub Pokok Bahasan : makna puisi yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Nama Guru : Is Mugiyarti S,pd.
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung.
B. Kompetensi Dasar
Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung
C. Indikator
• Menyebutkan tema puisi
• Menyebutkan jenis puisi yang didengar
• Menjelaskan maksud puisi
• Mengungkapkan makna puisi dengan kat-kata sendiri.
D. Materi Pokok
Jenis puisi,isi puisi,tema,maksud puisi.
E. Sumber Pustaka
• Teks puisi yang dibacakan
• Gorys keraf(1999) Komposisi, Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Grasindo.
• Surana (2001)Pengantar Sastra Indonesia. Solo : Tiga Serangkai.
• Waluyo ,H,J.(1995) Teori dan Apresiasi Puisi.Jakarta: Gramedia

F. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan
Pengantar tentang multitafsir isi puisi.
2. Kegiatan Inti
• Mendengarkan pembacaan puisi
• Mengidentifikasi jenis puisi
• Mendiskusikan jenis puisi
• Melaporkan hasil puisi.
Contoh cuplikan puisi " Surat dari Ibu" karya Asrul Sani,1951 yang akan ditelaah siswa.

SURAT DARI IBU

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daun
dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas,anakku sayang
pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau

Langkah-langkah pembelajaran :
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok , masing –masing kelompok menganalisis tantang puisi “ surat dari Ibu “
3. Salah satu siswa membaca puisi Surat dari Ibu, sementara kelompok yang lainmendengarkan,menanggapi / mengomentari atau mengritik.
4. Setiap kelompok membahas Pokok pembahasan pada teks puisi antara lain dicari :
-Makna denotasi - konotasi
-Sinonim - antonim beberapa kata dari puisi
-Majas atau gaya bahasa
-Citraan Puisi : * Penglihatan
* Pendengaran
* Perasaan
Tema Puisi,Amanat Puisi
5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil dari diskusinya didepan kelas dengan menggunakan media pembelajaran .
6. Kelompok lain memberikanntangggapan
7. Siswa menemukan pesan dari puisi yang dipelajari
8. Guru mengadakan evaluasi..

4. Penutup
Guru mencoba menjelaskan secara mendalam isi puisi yang telah disimak.

3. Media Pembelajaran
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan guru lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu (1) media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2) media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, (6) media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4) kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.
Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar. Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa yang belajar.

Untuk mengatasi masalah menyangkut pemanfaatan media pembelajaran di SMA N I Mojolaban maka mengingat permasalahan yang dihadapi SMA ini adalah menyangkut ketersediaan sarana dan prasarana. Maka solusi yang utama adalah pengusulan kepada sekolah untuk menyediakan sara pembelajaran yang memadai guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila solusi ini kurang ditanggapi oleh pihak sekolah sebagai guru kita harus bisa mengatasi matasi ini masalah ini dengan altertnatif pilihan lain. Misalnya bila tidak ada LCD maka kita bisa memanfaatkan tape recorder sebagai solusi alternatif , dengan pemanfaatan tape ini siswa akan lebih tertarik . kan selama ini siswa menganggap kalau poses pembelajaran itu hanya bisa dilakukan dengan metode ceramah ,guru selalu memberikan materi secara langsung, tapi dengan pemanfaatan tape ini siswa akan lebih tertarik . dari ketertarikan ini siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
























BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan observasi dapat disimpulkan bahwa dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan guru lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan media diskusi dan pemanfaatan medi tape recorder dalam pengajaran puisi .

B. Saran
Kegiatan pembelajaran berarti kegiatan untuk menyalurkan ilmu dan kebenaran kepada siswa untuk itu perlu adanya perhatian yang serius guna untuk mencapai tujuan pembelajaran . saran yang bisa saya sampaikan adalah :
a. Seorang guru harus tepat dalam memilih metode pembelajaran , pemilihan metode hendaknya dikaitkan dengan materi ynag akan disampaikan .
b. Dalam pembelajaran hendaknya seorang guru bisa memanfaatkan sarana yang ada misalnya pemanfaatan LCD , agar kegiatan pembelajaran itu tidak monoton dan ada variasi pembelajaran .

1 komentar: