Selasa, 22 Juni 2010

Kesehatan VS Kemiskinan(dimuat dalam Media Indonesia)

Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia . kesehatan dalam diri manusia seaakan-akan menjadi modal utama ketika melakukan aktivitas. Seorang yang sakit tentunya tidak akan bisa melakukan aktivitasnya secara maksimal . Kita sering mendengar kata –kata orang bijak ” kesehatan itu harganya sangat mahal ” mungkin benar di negara kita, kita sering mendengar dan mengalami sendiri untuk berobat ke puskesmas saja harus mengeluarkan biaya yang cukup besar . mugkin petugas kesehatan kita berpegang pada prinsip itu ” kesehatan itu mahal” apalagi untuk masyarakat miskin.Kita tahu pemerintah sudah melaksanakan Program kompensasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bidang kesehatan berupa pelayanan kesehatan gratis di tingkat puskesmas dan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit pemerintah kelas III untuk orang miskin yang jumlahnya cukup besar. Program dilaksanakan melalui asuransi dengan premi sebesar Rp 5.000/orang/bulan. Premi tersebut dibayar pemerintah dari APBN dan kompensasi dana subsidi BBM. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis ini masyarakat harus memiliki surat keterangan tidak mampu dari kelurahan setempat. Tapi semua itu berbeda dengan kenyataan yang ada dilapangan , banyak orang-orang miskin yang tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara layak , banyak rakyat miskin yang terlantar dirumah sakit karena harus mengantri giliran untuk mendapat pelayanan, karena kebanyakan petugas rumah sakit lebih mendahulukan yang tidak memakai kartu miskin. Itulah potret pelayanan kesehatan dinegara kita . Pemerintah menyanangkan bahwa kesehatan dipuskesmas dengan kartu miskin gratis tapi nyatanya masih ditarik restribusi. Masalah kesehatan seharusnya menjadi prioritas utama bagi pemerintah . mutu pelayanan di Puskesmas dan RS selalu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan perkembangan masyarakat, namun upaya tersebut tidak semulus yang diharapkan hal ini tidak lepas dari kondisi dan dinamika masing-masing Pemda Kab/Kota. Untuk itu pemerintah harus memprioritaskan pada daerah- daerah yang lebih membutuhkan pelayanan kesehatan lebih terutama yang baru saja terkena bencana.

Guru Bukan Hanya Sekedar Profesi

G
uru bila kita berbicara mengenai profesi guru tentu kita berbicara tentang suatu profesi yang erat kaitannya dengan dunia pendidikan . guru sebagai ujung penentu arah kepribadian bangsa dari seorang guru dapat lahir seorang ilmuan , bangsawan , ahli tata Negara, tapi dari guru jugalah dapat pula lahir seorang teroris, koruptor dan sebagainya .
Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri.
Filsofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global. Sebelum menetapkan apakah guru dan dosen itu sebuah profesi atau bukan, dan apakah ruang lingkup kegiatan mereka per definisi bisa disejajarkan dengan kegiatan profesi yang lain seperti dokter, guru, wartawan, dan sebagainya; maka ada baiknya dan perlu terlebih dahulu dipahami makna dan pengertian tentang profesi, (sikap) profesional dan (paham) profesionalisme. Profesi adalah sebuah aktivitas kerja tertentu yang hanya bisa dilaksanakan oleh mereka yang memiliki bekal keahlian yang tinggi yang diperoleh melalui sebuah proses yang terseleksi ketat dan berat. Kemudian dengan semangat pengabdian, para pemilik jasa profesi ini akan selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan.
Hendaknya seorang guru bisa menjadi seorang guru yang professional , sekarangkann sudah diterbitkan undang-undang guru dan dosen yang mengatur kinerja guru dan menjamin profesi guru. Seorang guru yang baik harus menjadi seorang guru yang sejati yang bias membawa perubahan pada anak didiknya kepada hal-hal yang baik . jabatan guru bukan hanya sebaagai jabatan atau profesi hendaknya menjadi suatu amanah bagi guru dan yang harus dilaksanakan dan dapat dipertanggung jawabkan . SELAMAT MENJADI GURU SEJATI……!!!!

BANK INDONESIA ATAU BANK BI…..??

Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita tidak lepas dari masyarakat , masyarakat yang penuh dengan keragaman baik suku maupuin bahasa. Dalam berucap sering kali kita merasakan ada sesuatu yang janggal , sesuatau itu tidak biasanya kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Atau bahkan ada penggunaan bahasa yang sebenarnya salah tetapi sudah lazim dipakai oleh masyarakat sehingga sulit untuk dihilangkan .kalau dalam istilah Jawa kita kenal Jarwa Dhosok . misalnya ngodog wedang padahal yang benar seharusnya ngodog banyu . sering hal –hal seperti itu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada kasus penulisan akronim Bank . sering klai kita mendengar ada orang yang meyebutkan Bank BNI , Bank BPR, Bank BI padahal bila kita teliti dan kita telaah huruf “ B “ pada kata BI sebenarnya sudah memilki arti Bank . jadi misalnya ada orang yang menyebut “ saya mau pergi ke bank BNI “ berarti bila kita artikan menjadi seperti ini “ saya mau pergi ke Bank Bank Negara Indonesia . waah…….salah kaprah ni jadinya . tapi kalau ada orang yang menyebutkan “ Bank NI “ itu malah dianggap wagu dan lucu . padahal itu lah sebenarnya yang benar . Tapi untuk memasyarakatkan itu sungguh sangat sulit , untuk memasayarakatkan bahasa Indonesia yang baik dan benar saja susah apalagi memasyarakatkan hal- hal seperti itu . tapi mari sedini mungkin kita membiasakan diri untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar .

Bencana Lokal Akahkah jadi Bencana Nasional

B
encana , itulah yang sering masyarakat Indonesia alami saat ini . mengingat sekarang musim di Indonesia ini kurang mendukung dan tidak menentu . Akhir –akhir ini sering terjadi banjir dan bencana alam lainnya. Bencana apa saja bisa datang silih berganti tanpa mengenal waktu. Sekarang sudah terbukti kalau gempa bisa terjadi kapan saja dan dimana saja di dalam Ring of Fire. walau di sumbar/padang yang selalu di goyang gempa setiap hari tapi tak disangka2 malah yang besar di Tasikmalaya sampai ke ibukota. maka kita harus selalu waspada. kalau untuk yang berada di dalam gedung bertingkat tipsnya jangan lari ketika gempa karena hanya butuh 10 detik bagi gempa menghancurkan gedung. yg pertama dilakukan adalah berlindung. tempat belindung hindari tangga, tembok dan lantai karena itu adalah yang dulu roboh. cari perlindungan di dekat tiang, kusen pintu, bawah meja yg kuat dll.
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Adanya gempa sering kali tidak terduga .Banyak Pemerintah daerah yang menginginkan penanganan gempa sama seperti penanganan bencana nasional mengingat banyaknya dampak ekonomi akibat gempa daerah itu. Sebelumnya, bencana akibat gempa hanya ditetapkan sebagai bencana daerah.Melihat kerusakan, apalagi di sektor ekonomi terasa sekali, sampai hari ini belum ditemukan jalan keluarnya, kalau tidak bisa menjadi bencana nasional, kita berharap penanganan bencana seperti menangani bencana nasional.
Namun menurut Bandan Nasional Penagnggulangan Bencana (BNPB)suatu bencana dapat digolongkan menjadi bencana nasionla bila memiliki cirri-ciri tertentu. Salah satunya jalan dan infrastruktur rusak total dan bisa berfungsi kembali.tapi menurut saya itu tidak adil karena bangsa Indonesia ini diibratkan satu tubuh bila da bagian tubuh lain yang terluka pastinya kita juga merasakan yang terluka itu .
Dalam hal ini pemerintah harus turun tangan dan segera memberikan kebijakannya jangan hanya diam bahkan saya rasa pemerintah tidak begitu responsive terhadap bencana yang ada . saya himbauan agar pemerintah menjadikan bencana local sebagai bencana nasional bila memenuhi criteria dari Bandan Nasional Penagnggulangan Bencana (BNPB).

Globalisasi VS Kapitalisme di Tahun 2010

G
lobalisasi istilah itu tentu saja tidak lagi asing bagi kita. Bahkan dampak dari globalisasi sudah bisa kita rasakan , adanya arus globalisai ditandai dengan semakin kaburnya batas antar negara baik dalam bidang politik ,social ,ekonomi maupun budaya . adany aglobalisasi tentu saja membawa perubahan bagi kelangsungan hidup banga Indonesia mau tidak mau bangsa Indonesia harus membuka diri taerhadap dunia luar . apalagi letak Indonesia yag berada ditengah pusat ekonomi dunia , mengharuskan Indonesia menjadi pemeran utama dan sekaligus menjadi pemeran tambahan .adanya Globalisasi tidak bias dihindarkan dari budaya kapitalisme , suatu budaya yang menganggap modal itu adalah segalnya . tentu tidak aneh bila adany globalisasi kita sandingkan dengan budaya kapitalisme. Negara yag ingin bermain dikancah internasional harus memiliki modal untuk itu , baik berupa dana mauupun berupa barang yang bias dijadikan sebagai komoditas ekspor impor.
Di tahun 2010 indonesia mengalami ketidak pastian dalam perekonomiannya .meskipun krisis ekonomi global sudah terlewati , namun Indonesia mesti waspada. Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Sri Mulyani mengatakan ketidakpastian perekonomian di tahun 2010 adalah seberapa cepat dan kuat pemulihan ekonomi akan terjadi. "Pembangunan ekonomi nasional tahun 2010 menghadapi berbagai tantangan dari global dan domestik yang harus kita jawab dengan langkah-langkah tepat, terukur, nyata dan komprehensif/ Kamis (20/8). Walaupun keadaan tidak seperti tahun ini, tapi tahun 2010 masih belum stabil, karena saat ini harga minyak yang masih terus bergerak yang dalam range tidak bisa ada jaminan. Nilai tukar antar negara bergerak cukup dinamis karena belum stabil .
Di atas sudah saya uraikan bahwa andanya globalisasi tidak begitu saja lepas dari budaya kapitalisme. Dengan demikian pemerintah harus mengantaisipasi keadaan ekonomi di tahun ini degan mengandalkan capital ( Modal) . modal disini yang saya maksudkan bukan hanya modal yang berbentuk dana tetapi juga modal yang lain . selain itu pemerintah juga harus membuka kerjasama dengan Negara lain .

PENGUNANAN METODE DISKUSI DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN PEMBELAJARAN PUISI DI SMA NEGERI I MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN 2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara soal pengajaran puisi di sekolah maka tujuan yang harus dicapai adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memamahi, dan memanfaatkan puisi ; untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkat-kan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Berangkat dari persoalan ini, maka pengajaran sastra khususnya puisi bertujuan sangat mulia, dan sangatlah penting bagi para siswa. Persoalannya sekarang bahwa pengajaran puisi di Indonesia ini khususnya dipandang sebagai pengajaran yang sulit dan membosankan , seringkali seorang pengajar mengalmi kesulitan dalam mengajar puisi ditambah lagi dengan keluhan siswanya yang belum juga mengerti meskipun sudah dijelaskan berulang-ulang .untuk mengatasi itu seorang pengajar harus punya cara yang efektif dan efisien . Penerapan metode yang tepat dan pengunaan media yang tepat pula tentunnya yang diharapkan mampu sebagai salah satu alternative untuk mengatasi kesulitan pengajaran puisi.
Untuk itu pada tulisan saya ini saya hanya akan membicarakan soal pengajaran sastra puisi yang menyangkut penggunaan metode diskusi dan penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kesulitan pengajaran puisi ..

B. Permasalahan

Pengajaran sastra genre puisi bagi siswa memang tidak mudah. Setidaknya bagi para guru yang mengajar bahasa Indonesia, pastilah agak merasa kesulitan dalam pengajarannya. Karena materi pelajaran puisi tidak bisa diajarkan secara gampang seperti pelajaran matematika. Lebih lagi jika gurunya tidak suka akan puisi. Bukanlah suatu hal yang baru bahwa salah satu komponen kegiatan belajar mengajar yang harus dikuasai oleh pendidik/guru adalah kemampuan menggunakan metode mengajar dengan baik dan tepat sehingga dapat menkomunikasikan bahan pelajaran guna terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Perlu kita ketahui semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,maka semakin kompleks pula bahan pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa.Jelas dalam hal guru pun dituntut untuk dapat memilih secara selektif,metode mana yang dapat digunakan dan sesuai tujuan,bahan atau materi alat bantu dan evaluasi yang telah ditetapkan.
Untuk itu pada tulisan saya ini saya akan mencoba mengkaji tentang :
1. Apa saja yang menjadi kendala dalam pengajaran puisi di SMAN I Mojolaban , Sukoharjo.?
2. Bagaimana penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran puisi di SMAN I Mojolaban , Sukoharjo.?
3. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran dalam pembelajaran puisi?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Belajar Pembelajaran , dimana mata kuliah ini merupakan matakuliah umum . adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk melengkapi tugas akhir mata kuliah belajar pembelajaran
2. Sebagai salah satu latihan dalam pengajaran , dimana mahasiswa dihadapkan langsung dengan keadaan dilapangan .
3. Mengajarkan mahasiswa untuk ikut dalam mengelola pembelajaran di kelas.
4. Mengajarkan mahaiswa untuk mengetahui seluk beluk mengenai sekolah misalnya mengenai keadaan perpustakaan, mengenai struktur organisasi sekolah .

D. Strategi Penulisan
Dalam menulis tugas akhir ini saya melakukan bebrapa langkah








BAB III
LANDASAN TEORI
A. Metode Pembelajaran
Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut.
(a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).
Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk belajar mengajar.
(1) Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau mandiri (Degeng, 1989).
Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.
Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.

(2) Interaksi Pebelajar Dengan Media
Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

(3) Bentuk Belajar Mengajar
Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.

(c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.
Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”.
Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.
Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language teaching, (2) the audio lingual method, (3) communicative language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way, (6) community language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia.
Saksomo (1984) menjelaskan bahwa metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) metode gramatika-alih bahasa, (2) metode mimikri-memorisasi, (3) metode langsung, metode oral, dan metode alami, (4) metode TPR dalam pengajaran menyimak dan berbicara, (5) metode diagnostik dalam pembelajaran membaca, (6) metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman, (7) metode APS dan metode WP2S dalam pembelajaran membaca permulaan, (8) metode eklektik dalam pembelajaran membaca, dan (9) metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan.
Menurut Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
(1) Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.

(2) Metode Pembelajaran
Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
(3) Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.
Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.

Kondisi Tujuan dan karakteristik bidang studi Kendala dan karakteristik bidang studi Karakteristik siswa

Metode Strategi pengorganisasian pembelajaran: strategi makro dan strategi mikro Strategi penyampaian pembelajaran Strategi pengelolaan pembelajaran



Hasil Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

Diagram 1: Taksonomi variabel pembelajaran (diadaptasi dari Reigeluth dan Stein: 1983)

Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik pembelajaran biasanya juga dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untun tetap terus belajar. Adapaun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi. Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.

B. Media Pembelajaran
Arsyad (2002:15) menyatakan bahwa dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan guru lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamidah (2003:11-14) menjelaskan bahwa untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diperlukan media yang sesuai. Media tersebut banyak ragamnya, antara lain (1) gambar, (2) chart, (3) bagan, (4) tabel, (5)grafik, (6) overhead proyektor (OHP), dan (7) tape recorder. Ragam media ini sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dipelajari.
Pembelajaran membacakan puisi dapat dibantu dengan menggunakan media. Berdasarkan ragam media yang telah disebutkan sebelumnya, pembelajaran membacakan puisi dapat menggunakan media berupa gambar, bagan, overhead projector, dan tape recorder. Masing-masing ragam media tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Gambar
Gambar yang digunakan sebagai media dapat berupa gambar jadi, misalnya gambar dari majalah, booklet, brosur, selebaran, internet, dan lain-lain, dapat pula berupa gambar garis atau sketsa/stick figure dan strip story (Hamidah, 2003:11).
Dalam pembelajaran membacakan puisi, ragam media yang berupa gambar dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan tokoh-tokoh puisi, gaya penyair, tipografi puisi, bentuk deklamasi, gambar gerakan-gerakan senam pemanasan, bentuk mulut dalam olah vokal, gambar gerakan dalam latihan olah napas, gambar latihan imajinasi, hingga gambar berupa ekpresi-ekpresi total dalam membacakan puisi.

2. Bagan
Hamidah (2003:12) menjelaskan bahwa bagan dapat disusun secara vertikal maupun horisontal. Bagan secara vertikal/bagan pohon biasanya banyak digunakan untuk menunjukkan rantai perintah/koordinasi dalam sebuah organisasi. Sedangkan bagan horisontal/bagan alir banyak digunakan untuk menunjukkan urutan sebuah proses dan prosedur.
Dalam pembelajaran membacakan puisi, ragam media yang berupa bagan dapat digunakan untuk menjelaskan tahapan-tahapan membacakan puisi. Tahapan tersebut dapat ditulis dengan bagan, misalnya dimulai dari pemilihan puisi, interpretasi terhadap puisi yang dipilih, membaca berulang-ulang, memberi tanda jeda, mencari alur untuk menentukan pada bait mana puisi tersebut harus dibaca secara klimaks, dan melakukan latihan performansi yang dapat dimulai dari tahapan pemanasan, olah napas, olah vokal, konsentrasi, olah imajinasi/penghayatan, dan ekspresi.

3. Overhead Projektor (OHP)
Hamidah (2003:14) menjelaskan bahwa Overhead Projektor (OHP) merupakan media yang relatif sederhana. OHP terdiri dari terdiri dari dua bagian, yaitu hardware dan software. Hardware berupa overhead dan software berupa transparan proyektor. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan OHP-transparan, yaitu (1) tegangan listrik harus sesuai dengan peralatannya, (2) letak posisi transparan harus benar, dan (3) tombol pengatur fokus harus diatur sedemikian rupa sehingga gambar yang diproyeksikan bisa dilihat dengan jelas.
Dalam membacakan puisi, OHP dapat hampir difungsikan sama seperti ragam media gambar. Hal ini disebabkan bahwa ragam media OHP merupakan alat untuk memproyeksikan objek. Jadi, gambar-gambar yang dijelaskan dalam ragam media gambar dapat ditayangkan di OHP dengan mencetaknya ke atas kertas transparan terlebih dulu sehingga semua siswa dapat menyaksikan di dinding kelas.tentu akan lebih praktis jika menggunakan alat ini karena semua siswa dapat melihatnya di depan.
Media OHP ini tidak hanya untuk gambar saja, untuk teks tentu juga bisa dilakukan. Pembelajaran dengan menggunakan media ini akan terasa efektif. Guru tidak perlu menulis di papan tulis. Cukup dengan menulis atau mencetak teks di atas media tentu tidak akan memakan waktu yang cukup lama dalam proses belajar mengajar meskipun membutuhkan waktu yang ekstralama dalam persiapan bahan ajar. Dalam pembelajaran membacakan puisi, media ini dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan pemberian tanda jeda, menandai alur mana yang harus dibaca dengan klimaks, hingga guru/siswa dapat membacakan puisi tanpa memegang teks karena teks sudah dapat diproyeksikan di dinding. Gerakan pembacaan puisi akan menjadi lebih bebas dan menjadi total jika melakukan pembacaan puisi secara deklamasi/poetry reading.

4. Tape Recorder
Hamidah (2003:14) menjelaskan bahwa tape recorder merupakan salah satu media audio elektronik yang terdiri atas hardware dan software. Hardware berupa tape recorder, sementara itu software-nya adalah kaset yang berisi pesan. Tape recorder ini sangat cocok untuk pembelajaran menyimak. Namun juga bukan pula berarti pembelajaran kemampuan yang lain seperti berbicara, menulis, sastra, danm kebahasaan tidak bisa menggunakan media ini.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menggunakan tape recorder untuk pembelajaran menyimak, terdapat tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap lanjutan. Ketiga tahap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
(1) Persiapan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam persiapan ini antara lain merumuskan tujuan, menentukan bahan simakan, menentukan prosedur dalam menyimak, menentukan tugas-tugas yang dilakukan siswa dalam menyimak, dan menentukan cara evaluasinya.
(2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah guru dan sisiwa mendengarkan informasi yang disampaikan secara seksama. Dalam proses mendengarkan ini, baik guru maupun siswa dapat membuat catatan-catatan kecil yang terkait dengan isi maupun bahasa. Catatan yang dibuat ini disesuaikan dengan tugas/petunjuk yang diberikan guru kepada siswa.
(3) Langkah Lanjutan
Pada langkah ini, guru bisa melakukan kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya mendiskusikan isi, bahasa, atau menyimpulkan materi yang disimak.
Dalam pembelajaran puisi, media tape recorder dapat digunakan untuk menyampaikan contoh pembacaan puisi dari penyair terkenal, dapat juga digunakan untuk evaluasi pembacaan puisi yang telah dilakukan oleh siswa untuk didengarkan kembali dan memutuskan untuk diperbaiki/tetap dipertahankan, hingga dapat digunakan untuk memberikan petunjuk-petunjuk latihan dalam membacakan puisi mulai dari pemilihan puisi, memberi jeda, mengetahui alur agar memahami bait yang menjadi konflik dan dibaca lebih klimaks, memahami makna secara intensif, latihan pemanasan, olah napas, olah vokal, konsentrasi, imajinasi, dan ekspresi.
Sesuai dengan perkembangan zaman, media pembelajaran tentu mengalami kemajuan. Media pembelajaran tidak hanya berupa gambar, tabel, grafik, OHP, dan tape recorder, melainkan dapat berupa audio berbentuk CD (MP3/Wave), dapat pula berupa audio-visual berbentuk VCD (MPEG, DAT), dan terkini banyak dikembangkan e-learning yang memadukan multimedia secara interaktif.
Menurut pengamatan peneliti, media pembelajaran untuk kompetensi dasar membacakan puisi sudah ada, hanya saja dalam media tersebut bersifat pasif. Media yang dibuat sebelumnya dibuat dalam format video yang menampilkan gaya dalam membacakan puisi meliputi teori dan contoh. Selama ini, media interaktif berbasis kompetensi belum banyak dikembangkan. Menurut Arsyad (2002:36), interaktif video adalah suatu sistem penyampaian pengajaran dengan materi video rekaman disajikan melalui pengendalian komputer kepada siswa yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respon yang aktif, dan respon itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Dalam pembelajaran membacakan puisi, dibutuhkan landasan teori puisi, unsur-unsurnya, apresiasi, hingga video latihan-latihan dasar, seperti konsentrasi, olah vokal, olah napas, dll. hingga tahap evaluasi. Oleh karena itu, guna menunjang pembelajaran tersebut, keberadaan serta pemanfaatan media pembelajaran sangat dibutuhkan.

C. Penelitian Yang Relevan
1. Muwartini (1999) dalam penelitiannya yang berjudul peningkatan plajaran puisi dengan pendektan hristik-hermeneutik siswa kelas 2 pada SLTP al irsyad bupa skripsi.
a) Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu peneliti menemukan kesulitan –kesu;itan yang dialami siswa berkaitan dengan pembelajaran apresiasi puisi. Kesulitan tersebut antar lain: (1) belum mampu mengartikan kata –kata yang mempunyai lambang tertentu. (2) belum mampu memahami makna ppuisi yang disimaknya . (3) belum mampu membuat paraphrase.
b) Adapun tindakan untuk mengatasi kesul;itan siswa dalam mengapresiasi puisi antar lain (1) siswa memilih puisi yang diberikan guru kemudian mencari kata-kata yang mempunyai lambing kemudian dibahs di depan kelas. (2) siswa menyimak pembacaan puisi yang baik (3) siswa mengubah puisi yang disukainya menjadi prosa
2. Kris Budiato (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ pembelajaran puisi berdasarkan kurikulum 2004 standar kompetensi ( studi kasus di SMP Negeri 1 Sukoharjo) menyimpulkan bahwa :
a.) Pesepsi guru bahasa Indonesia di SMP 1 sukoharjo sudah baik
b.) Silabus yang digunakan guru SMPN 1 Sokohrjo adalah ren cana pembelajaran dan silabus yang disusun oleh tim MGMP kabupaten .
c.) Pembelajaran puisi dengan pemilihan materi , dan metode ,penggunaan media pembelajaran belum mengarah pada pembelajaran yang apresiatif.
d.) Kendala yang dihadapi dalam mengajar puisi : terbnatasnya sarana prasarana, rendahnya motivasi siswa , system pengelolaan yang dilakukan guru .










D. Kerangka Berpikir





pengaruh
DIHARAPKAN






Bila dijabarkan kerangka tersebut dapat kita lihat pada bagan berikut:

















BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesulitan Pengajaran Puisi di SMAN 1 Mojolaban
Pengajaran sastra genre puisi bagi siswa memang tidak mudah. Setidaknya bagi para guru yang mengajar bahasa Indonesia, pastilah agak merasa kesulitan dalam pengajarannya. Karena materi pelajaran puisi tidak bisa diajarkan secara gampang seperti pelajaran matematika. Lebih lagi jika gurunya tidak suka akan puisi. Perlu kita ketahui semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,maka semakin kompleks pula bahan pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa.Jelas dalam hal guru pun dituntut untuk dapat memilih secara selektif,metode mana yang dapat digunakan dan sesuai tujuan,bahan atau materi alat bantu dan evaluasi yang telah ditetapkan.
Sebagai salah satu contoh pengajran puisi di SMA I Mojolaban , guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Is Mugiyarti S.Pd. mengemukakan bahwa selama mengajar sastra terutama pengajaran puisi beliau mengalami kesulitan dalam menyalurkan ilmunya terutama yang menyangkut soal kajian sastra . Beliau yang pada waktu kami observasi sedang mengajar di salah satu kelas yaitu kelas X4 . Kebetulan sedang mengajarkan materi “ Memahami Puisi Yang Disampaikan Secara Langsung ataupun Tidak Langsung” menambahkan bahwa beliau sebagai seorang guru pada dasarnya sudah berusaha untuk menampilkjan yang terbaik buat peserta didiknya , tapi mengingat dari hassil yang dicapai setelah evaluasi pembelajaran pihaknya belum merasa puas karena dari hasil itu peserta didiknya beluim mencapai tingkat pemahaman yang diharapkan. Pihaknya selama ini menggunakan media ceramah sebagai metode yang ditempuh dalam memberikan pengajaran, selain itu pihaknya juga telah mencoba berbagai metode tapi hasilnya masih sama saja , selain itu pihaknya juga mengeluhkan ketersediaan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran sastra, selama ini pihaknya sudah menyediakan power point dirumah tetapi usahanya sia-sia karena untuk bisa mengunakan sarana dengan media ini harus berebut dengan guru-guru lain.

B. Cara Untuk Mengatsi Kesulitan Pengajaran
Telah dipaparkan di atas bahwa pengajaran sastra genre puisi bagi siswa memang tidak mudah. Setidaknya bagi para guru yang mengajar bahasa Indonesia, pastilah agak merasa kesulitan dalam pengajarannya. Untuk itu diperlukan usaha alternatif agar pembelajran sastra khususnya puisi bisa tepat sasaran dan para pesrta bisa memahami apa itu puisi itu , bagaimana seluk beluk puisi itu sebenarnya . sebagai salah satu cara alternatif saya akan menkaji tentang penggunaan metode diskusi dan penggunaan merdia pembelajaran yang tepat .

1. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu metode dimana ada sebuah masalah dan dalam pemecahannya diselesaikan secara kelompok. Dalam menggunakan metode diskusi guru dapat menyusun rencana program pengajaran yang bisa memotivasi siswa dan menerapkan metode diskusi itu sendiri . guru dan siswa sangat berperan dalam keberhasilan diskusi yang dilakukan .
. Contoh rencana pengajaran :
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/I
Pokok Bahasan : Puisi
Sub Pokok Bahasan : makna puisi yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Nama Guru : Is Mugiyarti S,pd.
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung.
B. Kompetensi Dasar
Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung
C. Indikator
• Menyebutkan tema puisi
• Menyebutkan jenis puisi yang didengar
• Menjelaskan maksud puisi
• Mengungkapkan makna puisi dengan kat-kata sendiri.
D. Materi Pokok
Jenis puisi,isi puisi,tema,maksud puisi.
E. Sumber Pustaka
• Teks puisi yang dibacakan
• Gorys keraf(1999) Komposisi, Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Grasindo.
• Surana (2001)Pengantar Sastra Indonesia. Solo : Tiga Serangkai.
• Waluyo ,H,J.(1995) Teori dan Apresiasi Puisi.Jakarta: Gramedia

F. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan
Pengantar tentang multitafsir isi puisi.
2. Kegiatan Inti
• Mendengarkan pembacaan puisi
• Mengidentifikasi jenis puisi
• Mendiskusikan jenis puisi
• Melaporkan hasil puisi.
Contoh cuplikan puisi " Surat dari Ibu" karya Asrul Sani,1951 yang akan ditelaah siswa.

SURAT DARI IBU

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daun
dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas,anakku sayang
pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau

Langkah-langkah pembelajaran :
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok , masing –masing kelompok menganalisis tantang puisi “ surat dari Ibu “
3. Salah satu siswa membaca puisi Surat dari Ibu, sementara kelompok yang lainmendengarkan,menanggapi / mengomentari atau mengritik.
4. Setiap kelompok membahas Pokok pembahasan pada teks puisi antara lain dicari :
-Makna denotasi - konotasi
-Sinonim - antonim beberapa kata dari puisi
-Majas atau gaya bahasa
-Citraan Puisi : * Penglihatan
* Pendengaran
* Perasaan
Tema Puisi,Amanat Puisi
5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil dari diskusinya didepan kelas dengan menggunakan media pembelajaran .
6. Kelompok lain memberikanntangggapan
7. Siswa menemukan pesan dari puisi yang dipelajari
8. Guru mengadakan evaluasi..

4. Penutup
Guru mencoba menjelaskan secara mendalam isi puisi yang telah disimak.

3. Media Pembelajaran
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan guru lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu (1) media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2) media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, (6) media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4) kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.
Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar. Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa yang belajar.

Untuk mengatasi masalah menyangkut pemanfaatan media pembelajaran di SMA N I Mojolaban maka mengingat permasalahan yang dihadapi SMA ini adalah menyangkut ketersediaan sarana dan prasarana. Maka solusi yang utama adalah pengusulan kepada sekolah untuk menyediakan sara pembelajaran yang memadai guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila solusi ini kurang ditanggapi oleh pihak sekolah sebagai guru kita harus bisa mengatasi matasi ini masalah ini dengan altertnatif pilihan lain. Misalnya bila tidak ada LCD maka kita bisa memanfaatkan tape recorder sebagai solusi alternatif , dengan pemanfaatan tape ini siswa akan lebih tertarik . kan selama ini siswa menganggap kalau poses pembelajaran itu hanya bisa dilakukan dengan metode ceramah ,guru selalu memberikan materi secara langsung, tapi dengan pemanfaatan tape ini siswa akan lebih tertarik . dari ketertarikan ini siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
























BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan observasi dapat disimpulkan bahwa dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan guru lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan media diskusi dan pemanfaatan medi tape recorder dalam pengajaran puisi .

B. Saran
Kegiatan pembelajaran berarti kegiatan untuk menyalurkan ilmu dan kebenaran kepada siswa untuk itu perlu adanya perhatian yang serius guna untuk mencapai tujuan pembelajaran . saran yang bisa saya sampaikan adalah :
a. Seorang guru harus tepat dalam memilih metode pembelajaran , pemilihan metode hendaknya dikaitkan dengan materi ynag akan disampaikan .
b. Dalam pembelajaran hendaknya seorang guru bisa memanfaatkan sarana yang ada misalnya pemanfaatan LCD , agar kegiatan pembelajaran itu tidak monoton dan ada variasi pembelajaran .

perkembangan ilmu

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Karenanya, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas tertentu. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer,
Pengetahuan telah berkembang sejak adanya manusia. Tetapi pengorganisasian ilmu oleh bangsa Yunani dengan pendekatan silogistik merintis perkembangan ilmu secara sistematis, sekurang-kurangnya, sebelum masa Renaissance yang ditandai oleh Galileo Galilei dengan teropong bintangnya. Sampai dengan saat ini, logika deduktif mengembangkan teori-teori yang terlepas dari pengalaman empirik. Bahkan Aristoteles pun tak terhindar dari kesalahan ketika ia menyatakan beberapa perkiraan yang mengandalkan logika belaka, dan kemudian ternyata salah.
Untuk itu pada makalah ini kami akan sedikit membahas tentang perkembangan ilmu pengetahuan ,mengenai hal –hal yang berkaitan dengan ilmu itu sendiri.
B.Rumusan Masalah
Bagaimanakah perkembangan ilmu dari zaman dahulu hingga zaman sekarang?






BAB II
ISI
A. LANDASAN ILMU PADA ZAMAN YUNANI
Pada zaman yunani dalam sejarah peradaban manusia terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitrosentris menjadi logosentris. Untuk menelusuri filsafat yunani, perlu dijelaskan terlebih dulu asal kata filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di yunani, Sophia diberi arti kebijakanaan; Sophia juga berarti kecakapan.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 SM). Ia digelari Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan. “Apa sebenarnya asal-usul alam semesta ini?” Pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas apapun jawabannya. Namun, yang penting adalah pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia mengatakan asal alam adalah air karena air unsure penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda padat, seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air.
Setelah berakhirnya masa para filosof alam, maka muncul masa transisi, yakni penelitian terhadap alam tidak menjadi focus utama, tetapi sudah mulai menjurus pada penyelidikan pada manusia. Filosof alam tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga timbullah kaum “Sofis”. Kaum sofis ini memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Tokoh utamanya adalah Protagoras (481-411 SM). Ia menyatakan bahwa “manusia” adalah ukuran kebenaran. Pernyataan ini merupakan cikal bakal humanisme. Pertanyaan yang muncul adlah apakah yang dimaksudnya itu manusia individu atau manusia pada umumnya. Memang dua hal ini menimbulkan konsekuensi yang sungguh berbeda. Namun tidak ada jawaban yang pasti, mana yang dimaksud oleh Protagoras.
Puncak kejayaan filsafat yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut sillogisme.
Logika Aristoteles ini juga disebut dengn logika deduktif, yang mengukur valid atau tidaknya sebuah pemikiran Aristoteles yang pertama kali membagi fillsafat pada yang teoritis dan praktis. Yang mencakup logika, metafisika, dan fisika, sedangkan yang praktis mencakup etika ekonomi, dan politik.
B. PERKEMBANGAN ILMU ZAMAN ISLAM
Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa nabi Muhammad Saw. ketika diutus oleh allah sebagai rosul, hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana pagadisme tumbuh menjadi sebuah identitas yang melekat pada masyarakat arab pada masa itu. Kemudian islam datang menawarkan cahaya penerang yang mengubah masyarakat arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan beradab.
1. Penyampaian ilmu dan filsafat yunani ke dunia islam
Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat di dunia islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti medekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan sering kali ekstrim antara pandangan filsafat yunani, seperti filsafat plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan. Sebagai contoh konkret dapat disebutkan bahwa plato dan aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab islam, khusunnya mazhab eklektisisme.
Pada masa ini didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti ariokh,ephasus, dan iskandariah,di mana buku-buku yunani purba masih dibaca dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, terutama siriani, bahkan setelah pusat-pusat itu ditaklukan oleh umat islam. Pada masa ini juga didapati seorang tokkoh Kristen bernama Nestorius, yang melakukan dekontruksi atas pemahaman teologii kalangan Kristen konservatif ortodoks, setelah ia terpengaruh oleh alam pikiran yunanai terebut.


2. Perkembangan ilmu pada masa islam klasik
Sejak awal islam kajian-kajian dalam bidang teologi sudah berkembang, meskipun masih berbentuk embrio. Embrio inilah yang pada masa kemudian menemukan bentuknya yang lebih sistematis dalam kajian-kajian teologis dalam islam.
Dapat kita ketahui bahwasannya pada awal islam pengaruh Hellenisme dan juga filsafat yunani terhadap tradisi keilmuan, islam sudah sedemikian kental, sehingga pada saat selanjutnya pengruh itupun terus mewarnai perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.
3. Perkembangan ilmu pada masa kejayaan islam
Secara sepintas tentang transformasi ilmu dari dunia islam ke barat.Terjadinya transformasi kebudayaan dan khususnya ilmu dari dunia islam ke barat di sebabkan paling tidak oleh dua alasan. pertama, kontak pribadi. Terjadinya kontak pribadi ini juga disebabkan karena Byzantium secara geografis berdekatan dengan dunia islam. Dari sinilah kemudian gagasan-gagasan barat masuk ke dunia islam dan, sebaliknya gagasan-gagasan dari dunia islam masuk ke barat. khususnya setelah perang salib. Alasan kedua, adanya kegiatan penerjemah. Tidak dapat dipungkiri kebudayaan islamlah yang mendorong orang-orang latin melakukan penerjemah. Setelah mengenal sebagai khazanah kebudayaan islam mereka lalu memperkaya pengetahuan mereka tentangnya. Mereka pernah mencoba menerjemahkan alqur’qn pada abad ke-10 masehi. Namun gerakan pennerjemahan yang sesungghnya baru bermula pada abad ke-12. Toledo dan Palermo adalah dua pusat penerjemahan tersebar saat itu yang banyak mengoleksi sumber-sumber arab berkat perantaraan orang yahudi dan hubungan mereka dengan orang-orang Kristen dan islam.
4. Masa keruntuhan tradisi keilmuan dalam islam
Abad ke-18 dalam sejarah islam adalah abad yang palling menyedihkan bagi umat islam dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban islam secara universal. Dalam bukunya, The Re contruction of Religious Thought in Islam iqbal menyatakan bahwa salah satu penyebab utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat islam adalah di kalangan umat islam adalah diterimanya paham yunani mengenai realitas yang pada pokoknya bersifat statis, sementara jiwa islam adalah dinamis dan perkembang. Sebab lain yang menyebabkan kehancuran tradisi keilmuan islam adalah persepsi yang keliru dalam memahami pemikiran al-ghazali. Orang umunya mengecam Al-ghazali karena ia menolak filsafat seperti yang ia tulis dalam tahafut al-fala sifahnya.
C. KEMAJUAN ILMU ZAMAN RENAISANS DAN MODERN
1.Masa renaisans
Renaisans merupakan era sejarah yang penuuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembanngan ilmu. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian keahlian dan ilmu yang mewujudkan dalam diri jenius serba bisa. Pada zaman renaisans ini manusia barat mulai berpikir secara baru dan secara berangsur-angsur melepakan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu.
2.Zaman modern
Pada masa sesudah Newton, perkembangan ilmu selanjutnya adalah berupa ilmu kimia, jika pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika,fisika, dan astronomi.
Berdasarkan penemuan Black,Cavendish,priestley,dan lain-lainnya, loveiser melaksanakan percobaan yang didasarkan pada “timbangan” bahan-bahan sebellum dan sesudah nya percobaan. dengan demikian ia mulai mennggunakan pengukuran dalam lapangan kimia denagn kata lain, ia meninggalkan percobaan yang hanya bersikap kumulatif dan berpindah ke lapangan yang bersikap kuantitatif.
D. KEMAJUAN ILMU KONTEMPORER
Sebagaimana ilmu di zaman modern mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dengan ilmu ilmu zaman klasik dan zaman pertengahan, maka ilmu kontemporer pun demikian.
Membuat deskripsi tentang eksposisi tentanng perkembangan ilmu di zaman kontemporer berarti menggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam berbagai sector kehidupan manusia.
Satu hal yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan dalam konteks ini cirri tersebut akan lebih dapat kita temukan secara relative lebih mudah pada bidang-bidang social, yaitu bahwa ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekontruksi dan peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam rekontruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam hal inilah, penyebutan wacana “posttmodernisme” dalam bidang ilmu dan filsafat menjadi dikursus yang akan cukup banyak ditemukan.
Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer
a. Santri, Priyayi, dan Abangan.
b. Teknologi Rekayasa Genetika.
c. Teknologi Informasi.
d. Teori Partikel Elementer.

REVITALISASI KEDUDUKAN DAN PERAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap negara harus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan fundamen atau pondasi dari bangunan negara. Kuatnya fundamen negara akan menguatkan berdirinya negara itu. Kerapuhan fundamen suatu negara, beraikbat lemahnya negara tersebut. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah negara (filosofische gronslag dari negara), Staats fundamentele norm, weltanschauung dan juga diartikan sebagai ideologi negara (staatsidee). Negara kita Indonesia. Dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegara ini dilandasi oleh filsafat atau ideologi pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan kokoh serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau ideology berarti mengubah eksistensi dan sifat negara. Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau lemahnya bangsa itu berpegang kepada dasar negaranya

Memahami peran Pancasila di era globalisasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.

  1. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah peran pancasila sebagai dasar Negara?

2. Bagaimanakah revitalisasi kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dalam menghadapi arus globalisasi?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”

B. Pancasila Di Era Globalisasi

Globalisasi sebagai suatu proses pada hakikatnaya telah berlangsung jauh sebelum abad ke-20 sekarang, yaitu secara bertahap, berawal “embrionial” di abad 15 ditandai dengan munculnyanegara-negara kebangsaan, munculnya gagasan kebebasan individu yang dipacu jiwa renaissance dan aufklarung.Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, keurgensian Pancasila sebagai dasar negara semakin dibutuhkan. Pancasila dengan sifat keterbukaanya melalui tafsir-tafsir baru kita jadikan pengawal dan pemandu kita dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti. Pancasila mengandung komitmen-komitmen transeden yang memiliki “mitosnya” tersendiri yaitu semua yang “mitis kharismatis” dan “irasional” yang akan tertangkap arti bagi mereka yang sudah terbiasa berfikir secara teknis-positivistik dan pragmatis semata. Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan menghadapi jalan buntu. Krisis moral budaya juga timbul sebagai implikasi adanya krisis ekonomi. Masyarakat telah kehilangan orientasi nilai dan arena kehidupan menjadi hambar, kejam, gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spiritual. Pancasila malah diplesetkan menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran dalam kehidupan yang penuh paradoks. Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan integral-integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan kembali, maka kita akan menemukan landasan berpijak yang sama, menyelamatkan persatuan dan kesatuan nasional yang kini sedang mengalami disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa Pancasila harus diletakkan utuh dengan pembukaan, di-eksplorasi-kan dimensi-dimensi yang melekat padanyaRevitalisasi

Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas juga memerlukan hukum karena keduanya terdapat korelasi. Moralitas yang tidak didukung oleh hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya, ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam upaya merevitalisasi Pancasila sebagai dasar negara maka disiapkan lahirnya generasi sadar dan terdidik. Sadar dalam arti generasi yang hati nuraninya selalu merasa terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan demikian akan dimunculkan generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam mengembangkan Pancasila.

BAB III

PENUTUP

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai dasar dari penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi negara Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara seperti tersebut di atas, sesuai dengan apa yang tersurat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia 4 .sekarang kita sedang mengalami tantangan global dimana arus informasi terbuka bebas untuk itu revitalisasi pancasila itu perlu .

Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas juga memerlukan hukum karena keduanya terdapat korelasi. Moralitas yang tidak didukung oleh hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya, ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

PERANAN BAHASA JAWA DALAM PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang pada awalnya merupakan bahasa yang berasal dari bahasa melayu ,khususnya bahasa melayu Riau.Bahasa Indonesia dalam perkembangannya menerima pengaruh dari bahasa lain terutama dari bahasa asing dan bahasa daerah .Pengaruh ini demikian besarnya sehingga di dalam bahasa Indonesia timbul bebagai kata serapan yang sanagat bermanfaat bagi perkembangan bahasa Indonesia kedepannya . Dalam perkembangannya bahasa Jawa ,mempunyai pengaruh yang sangat besar karena sebagian besar penduduk di Indonesia menggunakan bahasa Jawa , bahasa jawa adalah bahasa yang sangat berperan dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional.Maka dari itu dalam makalah ini kami mencoba memberikan sedikit ulasan mengenai peran bahasa jawa dalam pengembangan Bahasa Indonesia.

B.Rumusan Masalah

1. Apakah hubungan antara bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia ?

2. Apakah peranan bahasa Jawa dalam pengembangan bahasa Indonesia ?

C.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengaruh bahasa Jawa dalam perkembnagan Bahasa Indonesia .

2. Sebagai sarana untuk memahami hakikat bahasa Indonesia yang sebenarnya .

3. Sarana untuk mengembangkan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia.

A. Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia

Dikatakan sebagai pertentangan juga bisa, tapi dikatakan sebagai persatuan juga bisa. Hal ini dikarenakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia hidup dalam satu wadah dan berkembangnya pun dalam satu wadah, yaitu Bangsa persatuan Dikatakan pertentangan, karena ada keinginan agar bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa pemersatu setiap suku, ras, dan kebudayaan di Indonesia. Kesamarataan penggunaan bahasa Indonesia di hampir semua lini kehidupan warganya bisa menjadi bertentangan dengan bahasa daerah Jawa (bahasa ibu) yang mereka gunakan sebagai bahasa sehari-hari.

Bahasa nasional (Indonesia ) sebagai bahasa kedua yang menghendaki agar semua lapisan masyarakat menggunakannya, bisa berakibat bahasa daerah (Jawa )sebagai bahasa pertama sedikit demi sedikti terkikis. Apabila hal ini tetap dipaksakan, maka bahasa daerah yang kurang kuat alias sedikit penggunanya bisa menghilang bahkan tidak dikenal lagi di masa yang akan datang. Bisa-bisa terbentuk yang dinamakan pola substractive bilingual dalam masyarakat Indonesia, yakni penguasaan bahasa kedua (bahasa Indonesia) lambat laun menggantikan bahasa pertama (bahasa daerah) Hal ini tentunya sangat disayangkan sekali, bersamaan dengan hilangnya bahasa-bahasa daerah, kearifan lokal atau kearifan tradisional yang tersimpan dalam tradisi lisan juga tidak dapat diselamatkan.

Hal itu apabila dilihat dari sisi pertentangan, berbeda apabila dilihat dari sisi persatuan, maka antara bahasa daerah dan bahasa nasional bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Di samping di sekolah-sekolah diajarkan bahasa Indonesia, juga tetap diajarkan bahasa asli mereka (bahasa daerah). Apabila hal demikian yang terjadi, maka tidak akan terjadi saling penghilangan satu sama lain. Bahasa nasional tidak menghapus bahasa daerah, begitu juga sebaliknya.

Hal demikian sudah ada indikasi dari pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya garis kebijakan yang telah disusun dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa daerah, yaitu seperti berikut ini:

“Bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan yang hidup dan dibina oleh masyarakat pemaikainya, dihargai dan dipelihara oleh negara oleh karena bahasa-bahasa itu adalah bagian daripada kebudayaan yang hidup”.

Kebijakan demikian tentunya memberi angin segar bahwasanya pemerintah benar-benar memperhatikan bahasa-bahasa daerah yang ada di tanah air ini. Bahasa-bahasa daerah yang ada merupakan kekayaan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Perlu kiranya kita apresiasi kebijakan tersebut. Namun demikian, kita tidak hanya memberi aplaus saja terhadap kebijakan tersebut, tetapi juga kita wajib menjaga kelestarian bahasa daerah yang ada di tanah air ini.

B. Peran Bahasa Jawa dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu, tepatnya melayu rendah atau Melayu pasar pada daerah Riau (sebagai bahasa pengantar).hal ini dikarenakan bahasa melayu yang sekarang menjadi bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa pergaulan atau bahasa pemersatu (lingua franca). Dari tahun 1928 Sumpah pemuda bahasa yang dipakai memang sudah bahasa Indonesia selain itu banyak sastrawan-sastrawan terkenal yang berkarya dengan bahasa Indonesia. Setelah Bahasa Indonesia diangkat sebagaai bahasa Nasional dan bahasa negara maka bahasa daerah seperti bahasa Jawa mampunyai tugas berupa:

a. Lambang kebanggaan daerah,

b. Lambang identitas daerah,

c. Sarana perhubungan dalam keluarga,

d. Sarana pengembangan dan penghubunng kebudayaan daerah.

Bahasa daerah seperti bahasa Jawa tidak bisa begitu saja hilang dari Indonesia, karena masyarakat Jawa yang begitu banyak maka pengguna bahasa Jawapun tak sedikit, bahkan kebanyakan masyarakat daerah Jawa lebih menguasai bahasa Jawa dari pada bahasa Indonesia.

Faktor utama yang mempengaruhi hal tersebut adalah fenomena sosiolinguistik yang sulit terlepas dari masyarakat daerah. Fenomena bahasa jawa tersebut termasuk teori transferensi dan internfernsi, transferensi yaitu pengambilalihan bentuk, makna, dan aturan antara bahasa satu dengan bahasa yang lain. Sedangkan interferensi merupakan pengaruh bahasa ibu dalam penggunaan bahasa kedua. Contohnya seorang anak dilahirkan di Banyumas dan dari kecil anak tersebut berinteraksi dangan bahsa Jawa maka saat anak tersebut belajar bahasa Indonesia bahasa yang dipelajari akan terkontaminasi dengan bahasa daerahnya tersebut. Pemakaian bahasa yang sering berbaur dengan bahasa Jawa tersebut banyak dijumpai pada Koran atau surat kabar.

Peran bahasa Jawa sendiri sebenarnya sebagai pemerkaya Bahaa Indonsia sendiri, maka dari itu banyak kosakata dari bahsa Jawa diserap ke dalam kosakata Bahasa Indonesia. dan sering dipakai dalam percakapan Bahasa Indonesia. Seperti ambrug, rewang, lho, kok, dan lain sebagainya. Pengamatan selama ini menunjukkan bahwa Bahasa Jawa memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan kosakata Bahasa Indonesia.

Bahasa merupakan jatidiri bangsa, dan Indonesia merupakan Negara yang beraneka ragam akan budaya dan dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia masih perlu diperhatikan. Salah satu upaya mempertahankan kebinekaan (keberagaman), yaitu dengan penerimaan kosakata bahasa Indonesia. Terutama berbagai konsep dari bahasa daerah seperti bahasa Jawa yang tidakmemiliki padanan dalam Bahasa Indonesia, karena Bahasa jawa lebil dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dengan demikian masyarakat akan lebih mudah mengerti dengan kosakata tersebut.

Hal diatas merupakan bukti bahwa bahasa daerah atau bahasa Jawa mempunyai andil yang bsar dalam perkembangan Bahasa Indonesia. Bahkan bahasa Jawa mempunyai landasan kebudayaan yang sangat menarik, dan bahasa Jawa tentu hanya ada Di Indonesia, itu akan menjadi daya tarik tersendiri unuk memikat warga asing agar mau mempelajari tentang Bahasa Indonesia, hal ini akan mendukung cita-cita Indonesia yaitu membuat Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Dunia. Disamping sebagai penunjang Bahasa Nasional, Bahasa Daerah atau Bahasa Jawa juga sebagai pengembangan bahasa Nasional , juga sebagai pengantar pembantu pada tingkat SD pada daerah tertentu.

A. Kesimpulan

Bahasa merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan, dalam makalah ini menjelaskan tentang peran bahasa Jawa dalam perkembangan bahasa Indonesia. Dan terbukti bahasa Jawa sangat berperan dalam perkembangan bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dengan kosakata bahasa Jawa yang diserap dalam kosakata bahasa Indonesia. Seperti lho, kok, malahan, ambrug, rewang, dan lain sebagainya. Selain itu kosakata yang diserap kebanyakan karena penutur bahasa Daerah seperti bahasa Jawa tidak dapat terlepas dari bahasa daerah yang sering mereka pakai untuk berinteraksi, jadi dengan penyerapan kosakata dari bahasa Daerah atau bahasa Jawa akan lebih memudahkan penutur khususnya dari daerah untuk memahaminya.

B. Saran

Kita sebagai warga Indonesia yang baik hendaknya selalu bangga menggunakan bahasa Daerah dan bahasa Indonesia yang kita miliki. Karena itu kekayaan kita sehingga kita perlu menjaga dan melestarikannya.Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaganya?. Janganlah kita merasa malu menggunakan bahasa tersebut.

ANALISIS PUISI DALAM SEBUAH PERBANDINGAN PUISI “SAJAK “ KARYA SANUSI PANE DENGAN PUISI “ BUKAN BETA BIJAK BERPERI “ KARYA RUSTAM EFFENDI

Bukan Beta Bijak Berperi

Rustam Effendi

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bukan beta budak negeri

Musti menurut undangan mair

Syarat sarat saya mungkiri

Untai rangkaian seloka lama

Beta buang beta singkiri

Sebab laguku menurut sukma

Susah sungguh saya sampaikan

Degup-degupan di dalam kalu

Lemah laun lagu dengungan

Matnya digamat rasain waktu

Sering saya susah sesaat

Sebab madahan tidak nak datang

Sering saya sulit mendekat

Sebab terkurung lukisan memang

Bukan beta bijak berlagu

Dapat melemah bingkaian pantun

Bukan beta berbuat baru

Hanya mendengar bisikan alun

Hasil Analisis Puisi Bukan Beta Bijak Berperi

a. Tipografi

Puisi merupakan bentuk pengucapan atau pengungkapan pikiran / perasaan dengan bahasa yang istimewa. Menggunakan bahasa sesedikit mungkin, tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin. Hal inilah yang kiranya telah dicapai oleh Rustam Effendi. Dengan kata – kata yang padat ia mampu menyampaikan maksud pikirannya, yakni tentang kemerdekaan.

Tipografi adalah penyusunan baris dan baitnya. Aspek visual puisi merupakan hal yang penting diantaranya meliputi susunan kata, frase, baris, dan bait. Dalam menulis puisi ini rustam effendi menggunakan jenis tipografi yang teratur . karena penulis memperhatikan sususnan puisinya dan penulisan kata demi kata dibuat wajar seperti puisi kebanyakan. Bisa kita lihat contohnya :

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bukan beta budak negeri

Musti menurut undangan mair

Ini jelas berbeda dengan puisi “ Tragedi Sinka dan Winka yang penyusunanya secara zig zag .

b.Kata dan diksi

Ø Kata dipandang memiliki bunyi dan arti tertentu. Dalam bahasa sehari-hari kata merupakan sesuatu yang otomatis dan familiar. Tapi dalam puisi kata mengalami deotomisasi dan defamiliar,, tidak selalu mudah dipahami.

Ø Diksi dilakukan melalui pemilihan kata bermakna konotasi,

Bukan Beta Bijak Berperi’ ini memaparkan secara singkat mengenai adanya keunikan pada penyimpangan konvensi puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” karya Rustam Effendi atas peraturan yang sudah ada. Keunikan itu dapat terlihat dari berbagai hal mulai dari bentuk visual hingga perioditasnya. Adapun keunikan lainnya ialah dalam bentukan puisi baru yang tercipta itu ternyata tidak sepenuhnya terjadi perubahan total, masih ada sedikit kegayutan dengan konvensi yang sudah ada.

Puisi merupakan bentuk pengucapan atau pengungkapan pikiran / perasaan dengan bahasa yang istimewa. Menggunakan bahasa sesedikit mungkin, tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin. Hal inilah yang kiranya telah dicapai oleh Rustam Effendi dalam puisinya “Bukan Beta Bijak Berperi”. Dengan kata – kata yang padat ia mampu menyampaikan maksud pikirannya, yakni tentang kemerdekaan.

Rustam effendi melalui puisinya” bukan bet abijak berperi “ meggunakan pilihan kata yang muidah dipahami berbeda dengan pengarang-pengarang sebelumnya yang menggunakan kata-kata yang sukar dipahami oleh orang awam. Disini rustam effendi termasuk dalam angkatan pujangga baru sehingga lebih dinamis . kata katanya pun menggunakan kata –kata pilihan yang sebelumnya tentunya sudah melalui pemilihan kata –kata yang tepat sehinng menghasilkan puisi yang indah. Untaian kata yang indah dapat kita lihat pada bait berikut :

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bukan beta budak negeri

Musti menurut undangan mair

Pada bait ini dapat kita lihat tentang bagaimana penulis mengibaratkan dirinya bukanlah orang hebat yang mampu mengubah konvensi syair yang telah ada. Iapun bukan budak di negeri sendiri yang selalu harus menurut dan tunduk pada segala peraturan orang asing, yang secara langsung maupun tidak telah menjajah negerinya.

c. Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik

· Adalah penggantian arti dalam puisi untuk memperoleh efek tertentu:

Dalam puisi ini dapat saya jumpai berbagai bahasa kiasan yang digunakan misalkan untuk menyebut diri penulis , menggunakan istilah (beta) selain itu dapat kita jumpai berbagai majas ( gaya bahasa ) yang digunakan pengarang untuk memperindah puisinya.:

Ø Majas personifikasi

Musti menurut undangan mair

Sebab laguku menurut sukma

Sebab terkurung lukisan memang

Hanya mendengar bisikan alun

Ø Majas metafora

Bukan beta bijak berperi

Bukan beta budak negeri

Beta buang beta singkiri

Sebab laguku menurut sukma

Dapat melemah bingkaian pantun

d. Rima dan Persajakan

Bentuk puisi di atas berupa puisi yang berselang – seling, baik jumlah kata maupun suku katanya. Akan tetapi, jumlah suku kata beserta irama dan pola persajakannya masih mudah mengingatkan kita pada bentuk pantun dan syair, dua bentuk yang justru hendak dibuang dan dihindari oleh penyair.

Penyimpangan konvensi itu nampak pada puisi di atas. Menurut bentuknya, sajak “Bukan Beta Bijak Berperi” itu adalah syair, sebab kelima bait berisi pernyataan yang bersambungan. Namun, sajak dalam puisi itu berpola a b a b, bukan a a a a. Sehingga, pola sajak yang tercipta akhirnya adalah pola sajak pantun. Isi sajak itu berupa pernyataan perasaan pribadi, pernyataan perasaan dan pikiran si aku. Hal seperti ini tidak dikenal dalam puisi Melayu. Akan tetapi, pola – pola bentuk yang teratur, periodisitas sajak Rustam Effendi itu sesungguhnya masih merupakan konvensi sajak Melayu atau tradisi dajak Melayu : tiap baris terdiri atas dua periodus, tiap periodus terdiri atas dua kata.

Dalam sajak itu korespondensi berupa pembaitan, tiap bait terdiri dari 4 baris dan tiap baris terdiri dari dua satuan sintaksis (kelompok kata atau gatra) dari bait pertama sampai bait terakhir. Korespondensi dari awal bait, baris pertama sampai ke akhir bait,baris terakhir : susunannya serupa.

Dalam puisi ini kita juga menjumpai adanmya asonansi dan aliterasi , misalnya :

Bukan beta bijak berperi

Bukan beta budak negeri

Syarat sarat saya mungkiri

Susah sungguh saya sampaikan

Lemah laun lagu dengungan

Sering saya susah sesaat

Sering saya sulit mendekat

Bukan beta bijak berlagu

Bukan beta berbuat baru

e. Imaji

Mungkin citraan yang muncul adalah citraan yang berhubungan dengan

perasaan

Lemah laun lagu dengungan

Sebab laguku menurut sukma

Pendengaran

Lemah laun lagu dengungan

Hanya mendengar bisikan alun

f. Tema dan Amanat

· Tema : menurut saya tema yang diangkat pengarang adalah kemerdekaan dalam berekspresi dan mengeluarkan pendapat tanpa ada aturan yang mengikat .

· Amanat : dalam puisi ini pengarang ingin menyampaikan bahwa kita itu sebagai manusia hendaknaya bersikap merdeka dan berani unutuk mengubah sesuatu, aturan yang mengekang bukanlah halangan tetapi harus merupakan suatu cobaan yang harus dihadapi . pengarang lewat puisinya juga pegen mengemban unsur kebebasan yang hakiki. Dia ingin merubah dunia meskipun banyak rintangan yang menghadang.

g.Makna Puisi

Makna bait ke -1

Ia merasa bahwa ia bukanlah orang hebat yang mampu mengubah konvensi syair yang telah ada. Iapun bukan budak di negeri sendiri yang selalu harus menurut dan tunduk pada segala peraturan orang asing, yang secara langsung maupun tidak telah menjajah negerinya.

Makna bait ke -2

Ia hanya merubah sedikit rangkaian seloka lama dengan sentuhan baru tanpa meninggalkan konvensi yang sudah ada. Ia mencoba memberontak konvensi puisi lama itu dengan menyingkirkan beberapa ketentuan – ketentuan dan menyusun karya baru sesuai kata hati serta keinginannya.

Makna bait ke -3

Terkadang ia merasa kesulitan untuk menyampaikan apa yang ada dalam hati dan pikirannya. Ia hanya bisa menunggu waktu yang tepat.

Makna bait ke -4

Kadang ia merasa susah atau sedih karena kemudahan tidak juga datang. Kadang ia juga kesulitan untuk memberontak karena terikatnya ia dengan peraturan yang tidak jelas faedahnya.

Makna bait ke -5

Ia mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang pandai melagukan pantun. Iapun mengakui bahwa ia sebenarnya tidak membuat sesuatu yang baru, melainkan hanya mendengarkan bisikan dari dirinya sendiri dan orang – orang sekitarnya yang ingin membebaskan diri dari keterbelengguan segala hal (penjajah, konvensi dalam membuat puisi, dsb.).

A. Analisis Puisi “ sajak “

SAJAK

Sanusi Pane

O, bukanlah dalam kata yang rancak

Kata yang pelik kebagusan sajak

O pujangga buanglah segala kata

Yang kan mempermainkan mata

Dan hanya dibaca sepintas lalu

Karena tak keluar dari sukma

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa

Hasil Analisis

a. Tipografi

Tipografi adalah penyusunan baris dan baitnya. Aspek visual puisi merupakan hal yang penting diantaranya meliputi susunan kata, frase, baris, dan bait. Dalam menulis puisi ini sanusi pane menggunakan jenis tipografi yang teratur . karena penulis memperhatikan sususnan puisinya dan penulisan kata demi kata dibuat wajar seperti puisi kebanyakan. Bisa kita lihat contohnya :

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa

Ini jelas berbeda dengan puisi “ Tragedi Sinka dan Winka yang penyusunanya secara zig zag .

b. Kata dan diksi

Dalam puisi ini sanusi pane memilih kata-kata yang yang tepat. Seperti apa yang dia katakan bahwa kata itu adalah pengertian itu sendiri tidak harus bermakna lain. Sehingga dalam puisinya ini hanya ada makna denotasi.

Dalam puisi ini kata-kata yang digunakan sanusi adalah akata-kata yang bisa digunakan dalam bahasa sehari-hari. Tetapi dalam penyusunannya sanusi membolak-balik kata dengan tujuan memperindah puisi dan menimbulkan efek seni .

c. Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik

Rima dan Persajakn seperti halnya puisi lama pemilihan bahasa kiasan memang sangat diperlukan untuk memperindah kata-katanya sehingga makna yang diberikan bisa lebih kaya dan mendalam. Dalam puisi ini kata –kata yang digunakan adalah kata yang sederhana sekali membaca saja pembaca sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh pengarang. Sajak dalm puisi ini adalah aaaa dan abab.

d. Imaji

Mungkin citraan yang muncul adalah citraan yang berhubungan dengan

Penglihatan

Dan hanya dibaca sepintas lalu

Yang kan mempermainkan mata

e. Tema dan Amanat

· Tema : mungkin tentang keiklasan seorang penyair dalam menciptakan sebuah karya

· Amanat : sebagai seorang penyair kita harus selalu tulus dalam menciptakan karya dan puisi seperti pada puisi diatas,bahwa ketulusan itu perlu .

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa

f. Makna Puisi

Secara keseluruhan makma puisi tersebut adalah sebagai seorang pengarang kita hendaknaya menciptakan sesuatu dengan pemikiran terlebih dahulu jangan hanya sekedar keluar dari mulut dan bukan keluar dari hati . kita hendaknya belajar pada filosofi matahari yang senantiasa menyinari bumi tanpa mengharap imbalan .

B. Pembahasan

1. Puisi “ Bukan Beta Bijak Berperi”

Bentuk puisi di atas berupa puisi yang berselang – seling, baik jumlah kata maupun suku katanya. Akan tetapi, jumlah suku kata beserta irama dan pola persajakannya masih mudah mengingatkan kita pada bentuk pantun dan syair, dua bentuk yang justru hendak dibuang dan dihindari oleh penyair.

Rustam Effendi sebagai penyair Pujangga Baru, telah mengenal konvensi syair dan pantun. Namun, dalam “Bukan Beta Bikaj Berperi” ia berniat membuat puisi baru setelah mengenal puisi Eropa. Sehingga tidak heran bila ia menentang aturan dan konvensi pantun dan syair, baik mengenai konvensi bentuk formal maupun konvensi isi pikiran yang dikandungnya.

Penyimpangan konvensi itu nampak pada puisi di atas. Menurut bentuknya, sajak “Bukan Beta Bijak Berperi” itu adalah syair, sebab kelima bait berisi pernyataan yang bersambungan. Namun, sajak dalam puisi itu berpola a b a b, bukan a a a a. Sehingga, pola sajak yang tercipta akhirnya adalah pola sajak pantun. Isi sajak itu berupa pernyataan perasaan pribadi, pernyataan perasaan dan pikiran si aku. Hal seperti ini tidak dikenal dalam puisi Melayu. Akan tetapi, pola – pola bentuk yang teratur, periodisitas sajak Rustam Effendi itu sesungguhnya masih merupakan konvensi sajak Melayu atau tradisi dajak Melayu : tiap baris terdiri atas dua periodus, tiap periodus terdiri atas dua kata. Buktinya :

- pantun : Pulau Pandan / jauh di tengah

- syair : Lalulah berjalan / Ken Tambunan

- Rustam Effendi : Bukan beta / bijak berperi.

Jadi, sajak Rustam Effendi merupakan transformasi puisi Melayu dengan tradisi baru.

Meskipun menyimpang dari konvensi pantun dan syair, namun keteraturan konvensi pembaitan yang teratur dan kesimetrisan pembagian baris yang tetap, serta penggunaan sajak akhir masih tetap diteruskan.

Dalam “Bukan Beta Bijak Berperi” Rustam berusaha menciptakan kebaruan dengan tidak meninggalkan sama sekali konvensi sajak yang sudah ada.dalam puisi itu ia meneruskan ciri – ciri yang merupakan konvensi sajak – sajak sebelumnya sekaligus menentang konsep – konsep estetik sajak – sajak sebelumnya. Dalam hal ini terjadi ketegangan antara pembaharuan dan konvensi serta antara yang lama dengan yang baru. Di satu pihak ia meneruskan konvensi yang sudah ada dan di pihak lain ia menyimpangi konvensinya.

Dalam sajak itu korespondensi berupa pembaitan, tiap bait terdiri dari 4 baris dan tiap baris terdiri dari dua satuan sintaksis (kelompok kata atau gatra) dari bait pertama sampai bait terakhir. Korespondensi dari awal bait, baris pertama sampai ke akhir bait,baris terakhir : susunannya serupa.

Periodotas sajak tersebut juga dari awal baris bait pertama sampai ke akhir baris bait terakhir, yaitu tiap baris terdiri dari dua periodus, dan tiap periodus terdiri dari dua kata. Jadi, dalam asjak ini yang berkorespondensi adalah perioditasnya dan juga jumlah baris pada tiap baitnya berulang : 4-4 (Pradopo, 2005 :8, 9).

Dapat kita simpulkan pula bahwa selain adanya kecenderungan penggunaan irama atau ritma yang berdasarkan kata atau suku kata tersebut, ada ciri lain pada puisi – puisi Rustam Effendi, yaitu :

  1. unsur persajakan atau rima sebagian besar berupa aliterasi dan asonansi
  2. banyak perbendaharaan kata yang diambil dari bahasa Minang
  3. dalam menyingkat kata tampak seenaknya saja, seperti : didengungkan ___ dengungan ; kemudahan ___ madahan; menjadi nekat ___ menekat; mengalun ___ alun, dsb. dengan tujuan hendak memenuhi jumlah suku kata tertentu atau berhubungan dengan pola persajakan atau rima.

2. Puisi “ sajak “

Puisi yang berjudul “ sajak “ ini adalah puisi karya sanusi pane yang unik dan cenderung memilki gaya baru dalam penuli9san puisi IndonesiaDalam puisi ini sanusi pane memilih kata-kata yang yang tepat. Seperti apa yang dia katakan bahwa kata itu adalah pengertian itu sendiri tidak harus bermakna lain. Sehingga dalam puisinya ini hanya ada makna denotasi.

Dalam puisi ini kata-kata yang digunakan sanusi adalah akata-kata yang bisa digunakan dalam bahasa sehari-hari. Tetapi dalam penyusunannya sanusi membolak-balik kata dengan tujuan memperindah puisi dan menimbulkan efek seni .

Rima dan Persajakn seperti halnya puisi lama pemilihan bahasa kiasan memang sangat diperlukan untuk memperindah kata-katanya sehingga makna yang diberikan bisa lebih kaya dan mendalam. Dalam puisi ini kata –kata yang digunakan adalah kata yang sederhana sekali membaca saja pembaca sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh pengarang. Sajak dalm puisi ini adalah aaaa dan abab. Secara keseluruhan makma puisi tersebut adalah sebagai seorang pengarang kita hendaknaya menciptakan sesuatu dengan pemikiran terlebih dahulu jangan hanya sekedar keluar dari mulut dan bukan keluar dari hati . kita hendaknya belajar pada filosofi matahari yang senantiasa menyinari bumi tanpa mengharap imbalan .

C. Hasil perbandingan

BUKAN BETA BIJAK BERPERI

Rustam Effendi

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bukan beta budak negeri

Musti menurut undangan mair

Syarat sarat saya mungkiri

Untai rangkaian seloka lama

Beta buang beta singkiri

Sebab laguku menurut sukma

Susah sungguh saya sampaikan

Degup-degupan di dalam kalu

Lemah laun lagu dengungan

Matnya digamat rasain waktu

Sering saya susah sesaat

Sebab madahan tidak nak datang

Sering saya sulit mendekat

Sebab terkurung lukisan memang

Bukan beta bijak berlagu

Dapat melemah bingkaian pantun

Bukan beta berbuat baru

Hanya mendengar bisikan alun

SAJAK

Sanusi Pane

O, bukanlah dalam kata yang rancak

Kata yang pelik kebagusan sajak

O pujangga buanglah segala kata

Yang kan mempermainkan mata

Dan hanya dibaca sepintas lalu

Karena tak keluar dari sukma

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa